Termotivasi
dengan sebuah buku karangan Assad berjudul Notes From Qatar saya jadi
bersemangat juga untuk mulai menulis juga. Thanks brother Assad telah
memberikan pencerahaan kepada generasi muda bangsa calon pemimpin masa depan
Indonesia. Sebelum mulai membaca tulisan assad rasanya saya seakan-akan sedang
terpuruk oleh berbagai situasi dan tekanan hidup (padahal cuma lagi ngerjaiin
skripsi doing, hehe), tapi masa-masa terpuruk sudah lewat dan sekarang timbul
secercah harapan untuk berubah dan melesat bagaikan anak panah yang keluar dari
busurnya. Ini bermula 4 hari yang lalu saat menumkan buku NFQ ini di rak
perpustakaan saat sedang mencari-cari buku referensi skripsi. Awalnya sih males
bacanya karena bacaan skripsi aja masih banyak untuk dibaca, tapi akhirnya saya
ambil juga, hehe. Selanjutnya sudah hampir 4 hari setelah saya membaca dan saya
memutuskan untuk keluar dari zona zaman. Seperti mulai bangun cepat, mandi pagi
hari dan bersiap-siap menuju perpustakaan. Yah perpustakaan. ini menjadi tempat atau rumah kedua
dimana para mahasiswa semester akhir seperti saya sering mengahbiskan waktu untuk
mencari referensi agar cwpat-cepat bisa menyelesaikan skripsi.
Tapi
tidak untuk beberapa hari ini, tujuan saya keperpustakaan hanya untuk menikmati
dan membaca tulisan Assad dalam buku yang berjudul NFQ (Notes From Qatar).
Edisi pertama telah habis dibaca hanya dalam tempo 2 hari, ini merupakan
lompatan dalam sejarah membaca tercepat saya, kalau biasanya buku model begini
saya habiskan bisa-bisa memakan waktu semiggu lebih, tapi kali ini berbeda.
Hanya 2 hari I am finish read this book
kini tinggal buku yang kedua yang akan saya baca. Dari buku yang pertama saya
banyak belajar bahwa untuk bisa tumbuh dan berkembang kita harus keluar dari
zona zaman kalau kata assad yang jago bahasa inggris dan arab kira-kira seperti
inilah “there is no growth in comfort zone
and there is no comfort in a growth zune. I must leave my comfort zone to grow”.
Membacanya
menumbuhkan kesadaran dan semangat bahwa dimasa depan saya harus bisa melebihi
sosok seorang assad. Dan mungkin dikemudian hari kita bisa menjadi pemimpin baik jadi seorang gebernur,
menteri bahkan menjadi seorang presiden. Tidak ada yang mustahil untuk dicoba,
dan hasil tergantung dari usaha kita saat ini. Hanya bermodalkan yakin, tekad,
usaha, tawakal, do’a dan sedekah Insya Allah semua yang ke inginkan bisa
terwujud dikemudian hari. Yang penting nikmati segala sesuatunya sebagai sebuah
proses. Bercermin dari sosok seorang assad saya mengira bahwa mungkin banyak
hal yang telah dilewatinya baik suka maupun duka, sehingga bisa berhasil
menjadi sosok yang membanggakan, dekat dengan banyak orang, disenangi banyak
kalangan, mulai dari birokrat, artis, maupun samapai para ustazd sekaliber
ustadz yusuf Mansur yang juga merupakan sosok idola saya. Sebab Ustzd yusuf
Mansur dengan segala konsepnya, mulai dari konsep matematika sedekah, konsep
matematika halal haram, sholawat, dan tentunya juga berbagai konsep-konsep
lannya yang di interprestasikan ustad yusuf Mansur melalui al-qur’an dan hadis
ditambah pembawaan yang sedikit kocak tapi street the point. Membuat hati
menjadi tentram dan semakin termotivasi untuk terus berbuat kebaikan. Yang
penting kalau kata ustazd yusuf Mansur “Allah dulu, Allah lagi dan Allah terus”
kalimat yang sangat yang powerfull.
Baiklah,
kembali lagi ke assad yang memiliki pembawaaan yang honest, humble dan helpfull,
saya jadi berharap suatu saat bisa berjumpa dengannya, Semoga ketika sudah
ketemu Assad belum banyak berubah ya, dan tidak sombong. Pinginnya nnti bisa
lama berbicara dan atau sharing-sharing seputar entrepreneur, mana tau nanti
diajak buka usaha bareng, hehehe
Akhir
kata, saya mengucapkan terima kasih banyak bagi yang telah membaca tulisan yang
tak seberapa in walaupu tulisan ini sebenernya agaka lebay tapi jangan
bosan-bosannya untuk terus membaca tulisan-tulisan yang lainnya ya. Salam
hormat dari saya, :)
Comments
Post a Comment