Kota Tua- Lost In Jakarta |
Tak
terasa perjalanan 2 jam 40 menit hampir berlalu. Maskapai Batik Air dengan ID
7170 mulai terbang merendah. Perjalanan dari Bandara Sultan Iskandar Muda
menuju Bandara Halim Perdana Kusuma hampir sampai, pemandangan yang sebelumnya
berupa awan dan lautan luas kini mulai berganti dengan daratan yang terlihat
tergenangi air bewarna coklat-kecoklatan. “Waduh, baru tiba dijakarta sudah
disambut dengan banjir” terucap dalam hatiku. Mungkin ini adalah kawasan yang
terendam banjir, persawahan dan perumahan terlihat digenangi oleh air bewarna
coklat. Pesawat semakin terbang merendah dan lama-kelamaan mulai tampak
rumah-rumah warga dengan atap yang berkelap-kelip kena pantulan sinar matahari.
Ada juga yang berwarna orange kemerah-merahan yang terbuat dari genteng. Gedung-gedung
pencakar langit terlihat semakin besar
dan menandakan inilah ibukota.
Pesawat
landing dengan aman dan mulus tanpa goncangan. Setelah semuanya aman pintu
dibuka dan penumpang turun satu-persatu dengan tertib sambil membawa barang
bawaannya. Ketepatan waktu, pelayanan dan fasilitas yang diberikan Batik Air
memberikan pengalaman baik bagi penumpang yang baru pertama kali mengudara,
sangat recommended untuk berpergian.
Turun
dari tangga pesawat kita telah ditunggu oleh bus yang mengantarkan kita dari
landasan menuju ruang tunggu bandara. (nah, jika anda menitipkan barang
dibagasi nanti jangan lupa diambil ya). Berhubung ini baru pengalaman pertama
kalinya menginjak kaki di Jakarta dan teringat ada menitipkan koper dibagasi, langsung
sesegera mungkin mimin cari tempat pengambilan koper, lagi-lagi ada petugas
yang bantuin nujukin arah, langsung deh gerak kesana. Satu-persatu koper keluar
dan orang-orang mulai bergegas mengambil barangnya. Tak lama setelah menunggu
beberapa saat, akhirnya keluar juga koper yang ditunggu-tunggu.
Eitss tunggu dulu, belum dicerita ya kenapa
mimin bisa sampai di Jakarta?
Maaf
udah sampe bandara aja ni, *hehe , Sebelumnya, mimin diterima dalam program
Internship di Asisten Deputi Hubungan Masyarakat Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia dan kami merupakan mahasiswa yang terpilih setelah melewati
seleksi berkas dan wawancara untuk Angkatan Pertama (Batch I) Internship di
Asdep Humas Kemensetneg untuk periode 21 November 2016 s.d 28 Februari 2017.
Jadi berbagai persiapan dilakukan, mulai
dari pesan tiket dan mengurus segala kebutuhan untuk keberangkatan sendirian.
Ini adalah awal mula cerita lost In Jakarta dimulai. (nanti akan ada sesi untuk
tulisan seleksi Internship)
Next…
Setelah
berhasil mendapatkan koper, mimin telah dijemput oleh teman yang ada dijakarta,
Namanya Satria dan kami melanjutkan perjalanan menuju rumah kosan nya yang ada
di Cempaka Putih Raya. Untuk transportasi umum sangat mudah untuk dijumpai,
atau bahkan bisa dengan mudah di pesan melalui aplikasi secara online di
smartphone semisal (GoJek, Grab, dan Uber). Berhubung didalam bandara taksi
online tidak boleh mengambil penumpang, kami saat itu mengunakan armada taksi
biasa. Dari bandara menuju ke kosan membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 45
menit. setelah keluar dari gerbang bandara dan tak lama masuk melawati pintu
tol, pemandangan berubah di kanan dan kiri dihiasi dengan gedung-gedung bertingkat
pencakar langit. Untuk tarif taksi sangat bervariasi tergantung dengan
dekat-jauh jarak tempuhnya, kalau kami dari dari Bandara Halim ke Cempaka Putih
membayar sekitar 77 ribu rupiah sesuai dengan argo yang tertera.
Tips : buat yang pertama sekali baru tiba Jakarta, agar lebih berhati-hati,
usahakan jika naik taksi sudah tau alamat yang dituju dan tau arah tujuan
jalannya, bisa cek dulu di google maps, Jadi enggak dibawa jalan-jalan sama
supir taksi dan nanti argo jalan terus. *Kecuali kalau naik Taksi Online kita
sudah tau harga pastinya, tinggal sesuaikan dengan alamat yang ditempuh,
harganya juga lebih ekonomis apalagi kalau ada promo *hehe
Sesampainya
di tempat kost, kami meletakkan barang-barang dan istirahat sekitar 25 menitan.
Karena ini baru pertama kali ke Jakarta jadi semangat untuk meng explore Jakarta masih sangat tinggi.
Inilah awal mula jadi “anak hilang dan sendirian di Jakarta”. Sekitar pukul 14.00 Wib mimin berniat pergi ke
mesjid Mesjid Istiqlal yang dikatakan sebagai salah satu mesjid terbesar di
Asia Tenggara.
Hari
pertama berkeliaran di Jakarta sendirian dikarenakan satria ada keperluan lain,
jadi kali ini berangkat sendirian., baru tiba langsung menjelajah, Sebenarnya
ada sedikit perasaan khawatir karena masifnya berita-berita di media massa
tentang tindak kriminal di Jakarta. Tapi ya sudahlah pasrah saja sama yang di
Atas, toh kita juga tidak sendirian, kan ada yang selalu mengawasi dimana saja kita
berada, yang penting berdo’a jangan lupa. “La Tahzan Innallaha Ma’ana”.
Untuk
akses transportasi umum di Jakarta cukup mudah, selain menggunakan ojek online
seperti diatas, kita bisa menggunakan Bus Transjakarta (TJ) yang memiliki jalur
khusus bernama busway, jadi busway sebenernya adalah nama jalan yang dilalui
Transjakarta bukan nama bus nya ya. selain itu kita bisa juga mengunakan
comutter line (kereta api listrik) yang melayani jalur Jabodetabek dan
sekitarny, Untuk tarifnya juga ber variasi dan masih sangat terjangkau.
Jarak
dari kosan ke halte hanya sekitar 10 menit jalan kaki kita sudah sampai di
Halte TJ Pasar Cempaka Putih. untuk menuju Istiqlal kita bisa berhenti di Halte
TJ Juanda, yang terletak pas di depan Mesjid Istiqlal jadi bisa jalan kaki ke
seberang. Di Juanda juga terdapat Stasiun Comutter Line, Sehingga kita bisa jalan-jalan
kemana saja dengan mudah. Untuk pembayarannya hanya menggunakan uang elektronik
tidak dengan cash. mimin menggunakan e-money pemberian dari Bank Mandiri
beberapa waktu lalu (terima kasih Bank
Mandiri For Gift *bukan promosi hehe) cukup mudah dan simple, saldo langsung terpotong saat di tempelkan ke mesin
pintu masuk halte busway. Mas-masnya (abang) / mbak kenet busway yang saya
temui baik-baik dan ramah, serta luwes memberikan informasi seputar jalur
busway.
Alhamdulillah
tidak beberapa lama sampailah di tujuan yaitu mesjid Istiqlal, Kalau biasanya
hanya bisa melihat dari layar televisi kali ini bisa on the spot merasakan
langsung atsmosfer disini. decak kagum terucap “Subhanallah”. Setelah
berkeliling-keliling seputaran mesjid dan masuk kedalamnya ternyata sangat
luas, dan bertingkat-tingkat, sesuai dengan apa yang dibayangkan. Setelah
shalat sunah Tahiyatul Mesjid saya menunggu waktu ashar dan ingin sekali
merasakan shalat berjamaah disini, dan Alhamdulillah terlaksana.
Setelah
keluar dari mesjid Istiqlal, sebenernya belum ada tujuan lagi, tetapi karena
keinginan mengeksplore Jakarta, “Bismillah” sajalah dalam hati, kemana kaki ini
akan melangkah Insya Allah akan selalu di lindungi, begitu keluar pagar dari
mesjid ternyata disana ada semacam antrian menuju Bus Bertingkat 2, yang ternyata
sengaja disiapkan bagi para wisatawan oleh Pemerintah DKI Jakarta. Namanya
adalah Bus City Tour, dengan berbagai rute yang mengantarkan kita
keliling-keliling objek wisata di Jakarta.
Ada
yang unik dari bus ini, karena disupiri oleh wanita, dan para penumpang yang
boleh naik hanya sesuai dengan kapasitas tempat duduk, jadi tidak ada yang
berdiri, kalau kelebihan maka tidak di bolehkan naik dan tunggu antrian bus
selanjutnya. Tidak perlu risau kepanasan, bus ini juga dilengkapi Full Ac, jadi panasnya
Jakarta tidak akan terasa.
Nah,
rupanya tujuan bus yang mimin naiki ini menuju Jakarta Kota (Museum Fatahillah)
dan baru tau setelah naik, tak terbayangkan sebelumnya bisa kesana, Sungguh
banyak sekali pertolongan Allah, baru sehari di jakarta sudah kemana-mana,
memang betul-betul lost in Jakarta. Bus
City Tour ini yang merupakan program Pemerintah DKI menggratiskan biayanya,
seperti yang tertera pada tiket adalah nol rupiah alias gratis.
Tiket Bus City Tour - Its Free |
Setelah duduk di atas, kekiri dan
kekanan mata memandang kota Jakarta dengan leluasa dari lantai 2. Tapi
sebelumnya tanpa tau ini sudah sampai mana dan ada dimana, bahkan dengan
bantuan google maps pun tentu kita akan kebingungan, karena daerahnya masih
asing sehingaa merasa was-was juga karena ini Jakarta bukan daerah jajahan
penulis sebelumnya *hehe. Tapi karena ada pribahasa “malu bertanya sesat
dijalan” akhirnya mimin. beranikan diri untuk tanya sama orang yang duduk
dibelakang, teryata dibelakang ada 2 orang perempuan yang mbaknya juga sedang
melihat-lihat google maps. Walaupun sama-sama enggak tau mereka mencoba
untuk membantu dan singkat cerita
setelah ngobrol-ngobrol ternyata mereka juga baru pertama kali jalan-jalan
kesini, tidak hanya berdua, ada satu lagi temannya yang duduk dibelakang,
mereka bertiga dari bekasi dan mimin dari aceh jadi deh lost in Jakarta. Dan
karena berangkatnya juga sendirian ya sudah akhirnya kami berempat jadi satu
kelompok “touris kesasar” mengeksplore
Kota Tua (Kotu) bersama-sama.
Kesasar, jadinya jalan-jalan bareng, Mbak Redi, Anisah, dan Meyla |
Suasana
sudah semakin sore, tetapi pengunjung di Kota Tua semakin ramai (maklum malam
minggu) jadi kami menikmai dengan keliling-keling kota tua, disana terdapat
berbagai museum dan berbagai aktivitas anak-anak muda. di kota tua kita juga
bisa naik sepeda, atau berfoto dengan manusia patung ala-ala pahlawan nasional.
Tak terasa magrib tiba kami melanjutkan shalat maghrib bersama, disebuah gedung
kecil disudut kota tua yang disulap menjadi mushalla dan toilet.
Batavia, Cafe nuansa batavia di Kota Tua |
Kebetulan walaupun tidak ada yang
namanya kebetulan karena semuanya pasti sudah direncanakan Allah secara
presisi, malam di kota tua ada event yang dibuat mulai dari pameran wayang,
pargelaran wayang dan aktraksi dance dan berbagai pertunjukan di pelataran
museum fatahillah. Seiring dengan gelapnya malam pengunjungpun semakin ramai,
bagaikan berada di tengah lautan manusia.
Hari Semakin Malam, Meriam menjadi Saksi, hehe |
Setelah
kami puas berjalan-jalan di kota tua, waktu tak terasa sudah hampir tengah
malam, Akhirnya kami memutuskan untuk balik, kami sama-sama menuju stasiun
Jakarta Kota, tapi karena mimin belum pernah naik comutter line sebelumnya jadi malam itu tunda dulu deh, takut
kesasar lebih jauh, dan memustukan naik busway lagi, kami pun berpisah di
stasiun Jakarta kota, dan mereka membantu mengarahkan dimana stasiun, see you next opportunity :D
Tapi
karena handphone sudah mau lowbatt
dan masih lupa dimana tempat letak tempat kosan satria, jadi terpaksa cari
colokan tempat mengecas, cari kesana kemari di dalam stasiun tidak ada kecuali
didalam ruang tunggunya dan harus punya tiket (maklum pertama kali, padahal
bisa juka tapcash -,-“) jadi kami berpisah
di stasiun dan kembali ke kota tua untuk mencari tempat mengecas hp, dan
akhirnya kesana kemari mimin memberanikan diri ketempat pargelaran wayang, dan
dibelakang panggung di ruang editor/teknisi mimin meminta tumpangan charger, Alhamdulillah
diberikan malah disambut hangat dan ramah, kami pun bercerita-cerita dan mereka
mengapresiasi keberanian mimin untuk jalan-jalan sendirian tanpa teman padahal
baru pertama kejakarta tapi nekat keliling2 jakarta seorang diri. Di sana
penulis juga berkenalan dengan seorang wanita berkebangsaan Italia yang sudah
fasih berbahasa indoenesia. Ia adalah seorang mahasiswi di Yogyakarta dan mencintai
seni wayangkulit dan tengah melakukan penelitian, Sungguh pengalaman yang
berkesan dan berjumpa dengan orang-orang hebat hari ini.
Setelah
tercharger kurang lebih sekitar 50% saya pun minta pamit dan berterima kasih
atas bantuan dan keramah-tamahanyang telah diberikan dan melanjutkan kembali perjalananan
menuju kosan. Keluar dari Jakarta Kota menuju halte busway ternyata masih ada
City Bus Tour yang beroperasi Dan alhamdulilah ternyata ia mau menuju ke Mesjid
Istiqlal kembali, didalam bus kembali bertemu dengan kakak-kakak dari medan yang baru 2 minggu ada di Jakarta
mereka cukup ramah dan humble, faktor emosional kedaerahan apalagi setelah
menyebut marga Ibu “Siregar” suasana langsung menjadi cair dan kami pun kieasyikan
bercerita dan harus berpisah kembali.
Tips : Agar perjalanan kita
menyenangkan walaupun jadi backpacker sendirian, yaitu “terbuka” dan peka pada
lingkungan maka kita tidak akan kesepian. :D
Setelah
turun dari bus city tour disambung dengan bus Transjakarta, sampai kosan udah telat
dan hampir nyasar, Alhamdulillah masih bisa dituntun arah jalan pulang. Sebab
baru pertama lewat dan belum hapal, ditambah kondisi jalan yang sudah sangat sepi. Tapi inilah pengalaman hari pertama di Jakarta yang begitu sangat berkesan.
Perjumpaan dengan berbagai orang mengajarkan bahwa masih banyak orang-orang
baik yang bertebaran di muka bumi dan mau saling tolong-menolong, kita yang diciptakan dari bersuku-suku agar bisa saling
kenal mengenal, maka mari kita tingkatkan silaturrahmi dan silaturrahmi akan memudahkan urusan atau menambah rezeki.
Alhamdulillah, Allah selalu melindungi setiap langkah
perjalanan hamba-Nya bagi yang meminta kemudahan pada Nya, karena Dia lah yang Maha memberikan
kemudahan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
"Setiap langkah pasti membawa makna, yuk jangan takut kesasar, dengan kesasar kita akan menemukan jalan menuju tempat-tempat baru dan tentunya dapat pengalaman baru - Yusran Nasir"
Mantap kawan, sukses buat kita semua, semoga suatu saat dapat berkolaborasi menjadi pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Amiieenn
ReplyDelete