Skip to main content

Borobudur “Sastra tidak tertulis, Sabda tidak terungkap”


Hidup adalah perjalanan yang menyisakan sebuah memori dan kenangan. Kata dan gambar salah satu cara untuk melukiskan kembali kisah yang sudah pernah terjadi. Pengalaman demi pengalaman dalam hidup ini terus terjadi baik suka maupun duka. Dan bagaimana kita bisa mengamati, mendeskripsikan dan merekam jejak-jejak yang tersisa dari sebuah perjalanan menjadi sebuah kisah pembelajaran yang dapat dinikmati oleh siapapun.

Mulai dari pengalaman lost in jakarta, sebuah perjalanan panjang yang membawa saya ke berbagai tempat yang tak terduga sebelumnya. Kali ini saya akan mengangkat sebuah kisah perjalanan ke peninggalan bersejarah yang menjadi salah satu keajaiban dunia yang ada di Indonesia. Terletak di Provinsi Jawa Tengah yang berdekatan dengan Yogyakarta. Apalagi kalau bukan Candi Borobudur.

Perjalanan kali ini turut difasilitasi oleh PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Sebuah BUMN yang mengurus pengelolaan fasilitas di Candi Borobudur, Prambanan, dan Candi Ratu Boko. Bersama kelima rekan yang ikut, kami memulai petualangan dengan menaiki sebuah kereta api dari Stasiun Senen dengan bermodalkan tiket sekitar 70 ribu rupiah, harga tiket yang cukup terbilang murah/ low budget dari Jakarta menuju Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta yang bisa menjadi pilihan para backpaker.

Yogyakarta sendiri merupakan sebuah kota wisata yang seakan tidak pernah redup dari para pendatang, terutama di sepanjang jalan Malioboro. Berbagai aksi musisi jalanan menghibur para pejalan kaki, menyemarakkan kota yang seakan tak pernah sepi walau kegelapan malam mulai menghampiri. Keramaian dan hingar-bingar suasana kota dan angkringan di pinggir jalan membuat kita betah ingin berlama-lama disini. Sambil menikmati segelas kopi yang dicelupkan bara panas menjadi penghangat yang wajib dicoba.

Esok hari kami bergegas menuju Magelang di Jawa Barat. Perjalanan panjang baru saja di mulai, menyusuri kembali sejarah peradaban masa lampau. Sebuah daerah yang menjadi saksi bisu bahwa dahulu pernah ada peradaban yang konon lebih maju. Mengapa demikian? Bangunan-bangunan  kokoh yang menjulang tinggi, tersusun dari batuan andesit yang terukir menjadi saksi bisu kehadirannya dimasa saat ini. Tak salah jika Candi Borobudur telah menjadi salah satu situs warisan budaya yang diakui oleh UNESCO sejak tahun 1991.
 
Manohara - Center Of Borobudur Study

Sesampainya di Borubudur kami disambut baik oleh kepala konservasi yang mengelola tempat ini. Setelah berbincang-bincang santai kami di ajak dan difasilitasi untuk mengexplorasi keindahan serta nilai sejarah yang terdapat di candi Borobudur. Tak hanya itu, kami juga diajak berkeliling ke berbagai Balkondes yang ada diseputaran kompleks candi Borobudur dengan menggunakan sebuah mobil antik VW yang disediakan khusus untuk para wisatawan.

Mobil VW Klasik
Balkondes adalah tempat persinggahan yang dibuat dan dibina oleh masing-masing BUMN sebagai program BUMN Hadir Untuk negeri untuk menghidupkan perekonomian masyarakat sekitar. Sebagai tempat peristirahatan, disini ada berbagai menu makanan dan minuman khas yang bisa dicicipi dan buah tangan (oleh-oleh) yang bisa dibawa pulang.


Salah satu Balkondes di Borobudur

Explorasi Candi Borobudur
Pada kesempatan explorasi kali ini, kami ditemani oleh 2 staf pengelola Mbak Nuri dan Pak Rianto dan didampingi satu orang tour guide professional yang biasa mengantarkan tamu-tamu penting. Seakan-akan kami di kawal untuk kembali menuju mesin waktu, sebuah perjalanan mengenang kejayaan masa lalu.

Tim explorer Borobudur

Diiringi suara alunan gamelan, matahari kian meninggi menyinari candi Borobudur yang masih kokoh berdiri tegak tak usang dimakan waktu. Cahaya yang sama yang menyinari ratusan tahun yang lalu, saat itu para pekerja sedang berusaha membangun candi yang menghabiskan waktu sekitar 75 tahun dan diakhiri pada masa Pemerintahan Saramatungga pada tahun 825. Seluruh bangunan dan isi didalam candi memiliki arti dan makna filosofi yang mendalam.

Proses pembangunan Borobudur disusun dari bawah keatas dengan sistem saling mengunci dan menguatkan antara satu batu dengan batu yang lain. Setelah disusun baru batu dipahat dari atas ke bawah dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi sehinga membuang pecahan pahatan menjadi mudah. Kemudian pahatan dari atas kebawah memiliki filosofi humanistik manusia.  

Candi Borobudur

Borobudur sendiri pernah ditinggalkan 800 tahun oleh umat budha dengan cara ditimbun dan ditumbuhi. Tetapi ada dua pendapat yang berbeda mengenai hal ini. Pertama dari arkeolog belanda mengatakan bahwa borobudur sengaja ditimbun untuk diproteksi keamanannya karena pada itu terjadi peperangan. Saat Belanda membersihkan diatas borobudur ditemukan tanah liat. Berarti jika terdapat tanah liat maka bersumber dari galian yang disengaja dan tidak mungkin dari gunung. Karena kalau dari terbangan dari material gunung berupa pasir atau debu.

Sedangkan arkeolog dari Indonesia menyatakan kenapa Borobudur tertimbun karena gunung-gunung meletus dan Borobudur tertimbun. Borobudur ditemukan oleh Rafles pada tahun 1814, di restorasi pertama oleh belanda bernama Van R dan pada tahun 73-82 direstorasi kembali oleh Dr. Sukmono yang di biayai oleh UNESCO.
 
Anak tangga di Borobudur

Ada yang menarik dari cara kita dalam menapaki langkah mengexplore Candi Borobudur, Jika kita langsung naik dari arah bawah menuju anak tangga ke atas atau langsung mutar mengelilingi candi dari arah kanan, maka dipastikan orang tersebut tidak pernah tau akan ajaran Budha.

Cara melihat Borobudur yang benar adalah bacanya di putar searah jarum jam. Jadi Borobudur seperti kitab umat budha. Dari India berupa kitab tertulis dan sampai disini dirubah menjadi pahatan/ relief. Sehingga kalau kitab cara membacanya perlembar, dari satu halaman ke halaman selanjutnya. Tapi, Borobudur dibacanya searah jarum jam. Borobudur ini ajaran budha atau kitab yang dipahatkan. Kalau dari bahasa filosof Borobudur ini diibaratkan “Sastra tidak tertulis, Sabda tidak terungkap”.

Didalam budha sendiri hanya berbicara bumi dan manusia. Dan kita berada di Timurnya, Timur  dalam budha artinya kelahiran. Selatan masa remaja, Barat masa senja, Utara Kematian. Jadi budha ini mengajarkan manusia lahir sampai meninggal untuk mencapai surga. Maka di atas candi nanti akan berbentuk lingkaran.

Berjumlah 61 anak tangga, ini memiliki arti filosofi dari 6 dan 1 itu sama dengan 7. Ada nilai inti dan tujuan yaitu, nilai cinta kasih, kebersamaan Jadi tujuan inti aplikasi dari hati. sehingga jika kita berbicara harus sesuai antara mulut, lisan, dan hati.


Penjelasan Borobudur oleh Tour Guide

Menurut penuturan Tour Guide yang mendampingi kami, Borobudur sendiri sebenarnya kepunyaan Palembang dan bukan punya Jawa. Karena situs kerajaannya tidak berada disini. Tanah Jawa di kuasai oleh Dinasti Sanjaya ini adalah Majapahit-Hindu. Sementara Borobudur kepunyaan Palembang karena Budha itu ada di Sriwijaya.

Jadi kenapa Borobudur dibuatnya disini?
Borobudur sendiri kalau dibuat di Palembang tidak memungkinkan, karena sumber batu tidak sebanyak disebanyak di Tanah Jawa. Sementara, Sriwijaya waktu itu masuk ke Tanah Jawa dan berbesanan dengan Hindu Pramuwarjani sebagai menantunya, barulah dibuat Borobudur. Jadi ini menggambarkan budha yang hidup didalam komunitas hindu. Tetapi budha sendiri menentang kasta dalam ajaran hindu. Jadi, budhis no ras no kasta, karena siapa pun bisa sampai ke Nirwana (surga). Sehingga Borobudur ini holistik dan prulalistik, tergantung kita melihat dari perspektif apa saja boleh. Di Borobudur terdapat nilai Estetis (keindahan), Eseteris (manusia dan tuhan) dan Etis  (aplikasi/implementasi).

Borobudur terdiri dari 10 lantai. Disetiap lantai terdapat setupa yang beriskan patung. Setupa induk berukuran 9,9 meter. Angka 9 bisa menandakan adanya 9 lobang nafsu manusia. Jumlah setupa pinggir berjumlah 32, di tengah ada 24, dan di atasnya ada 16 buah (mempunyai filosofi, 32, 24, 16, kesemua akngkanya bisa dibagi 8, dan angka 8 juga  memiliki filosofinya tersendiri dalam budha). Apabila ditotal berjumlah 72, angka 72 juga memiliki maksud yang berarti bumi.

Dalam pembangunan setupa, jika ditarik batuannya berbentuk huruf X yang saling mengikat. Ini berarti antara daya tekan, angkat, dan tarik sama dengan nol.  Ini merujuk pada teori relativitas/ quantum. Ada kata-kata menarik mengatakan “ahli sains sedang digunung para pendeta sudah turun”.

Salah satu bentuk patung di borobudur

Secara garis besar, patung-patung yang ada memiliki bentuk yang sama. Dalam budha timur artinya kelahiran itu ada di patung nomor 1 di atas, namanya Bumisupacandra, yaitu manusia dari tanah kembali ketanah. Kearah Selatan patung nomor 2 bernama patung Ratnasambawa, berarti didunia harus banyak berderma, cinta kasih.  Kearah Barat  ada matahari terbenam disana terdapat patung nomor 3 bernama Dianamudra atau Amitaba. Dan terakhir di Utara patung bernama Abayamudra yaitu kematian.

Ada yang mengatakan bahwa dengan menyentuh patung didalam setupa akan mendapat keberuntungan. Sebenarnya itu adalah persepsi yang salah, terdapat filosofi bahwa untuk mencapai harus dengan usaha dan kerja keras, bukan dengan menyentuh patung. Kalau mencoba memegang patung memasukan tangan ke satu lobang tidak sampai, maka pindah kelobang yang lain. Jadi ini mengibaratkan bahwa kalau satu usaha gagal, jangan putus asa, masih ada alternatif yang lain.
  
Salah satu bentuk relief yang ada di Borobudur

Relief-relief yang ada di Borobudur juga sangat menarik dan menyimpan nilai filosofi yaitu untuk menjadi orang bijak harus melihat kemasan itu dari dua sisi. Ini dilihat bila kita masuk kedalam lorong-lorong di Borobudur terdapat 2 relief di kiri dan kanan. Kanan yang protagonis dan kiri yang jelek. Jadi dalam budha seperti kita menonton wayang kulit. Ada seorang dalang yang memainkan wayang dengan memegang sebelah tangan kanan tokoh baik dan sebelah kiri tokoh jahat. Didalam budha ini dikenal dengan istilah Majimapatipada (keseimbangan). Mulai dari timur ada 1212  ditambah 1146 relief, jika berjalan memutari relief bisa sepanjang 5 Kilometer.

Borobudur sendiri letakya ada di Magelang bukan di Yogyakarta. Seperti yang sudah diungkapkan di awal tulisan. Kata Magelang memiliki arti maha yaitu besar dan gelang berarti barisan gunung bukit. Jadi, magelang adalah kabupaten yang dilingkari barisan gunung bukit. Di magelang terdapat 3 candi budha, yaitu Candi Mendut, Candi Bawon dan Candi Borobudur. Ketiga candi ini kalau dilihat dari udara berada pada satu garis lurus. Ini namanya majimapatipada (keseimbangan).

Jika anda berkunjung ke Borobudur dan menemukan patung tanpa kepala. Ini bukan tanpa sebab. Pertama, terjadinya kerusakan dan kehilangan ini bisa disebabkan oleh ulah manusia dan kedua karena alam. Kalau alam bisa akibat dari gempa bumi, gunung meletus, iklim dan cuaca. Dan manusia bisa berupa vandalisme/perusakan dan pencurian. Dan patung-patung yang telah rusak ini tidak boleh diganti dikarenakan pada pasal 4 cagar budaya tidak boleh menambah dan mengurangi cagar budaya itu sendiri.

Panduan Sarungisasi di Borobudur

Bagi kamu yang tertarik dan ingin berkunjung ke Borobudur bisa datang dengan waktu kunjungan mulai dari Jam 6 pagi s.d 5 sore dan sudah harus seteril pada jam setengah 6 sore. Untuk waktu terbaik adalah saat matahari terbit (sunrise). Disini tersedia pemakaian kain sarung batik yang bisa digunakan untuk berjalan-jalan di seputaran candi (tetapi jangan lupa dikembalikan ya).


 
Background dibelakang adalah bentuk stupa yang didalamnya berisikan patung-patung budha

Nantikan tulisan di Setiap Langkah Membawa Makna selanjutnya yang akan membahas Candi Prambanan  dan Candi Ratu Boko.  #salam

Comments

Popular posts from this blog

Mengenal Lebih Dekat Kegiatan Keprotokolan #1

Ada yang tau gak, sebenarnya apa kegiatan dari keprotokolan? Apa hanya sebatas master of ceremony yang membaca rangkaian kegiatan atau orang-orang yang mengatur tamu undangan di sebuah acara? Untuk lebih jelas, pada kesempatan kali ini penulis akan berbagi sedikit pengalaman kehumasan di Kementerian Sekretariat Negara khusunya mengenai keprotokolan yang secara langsung pasti bersinggungan dengan kegiatan di ring 1 presiden. Kementerian Sekretariat Negara RI (sumber foto, setkab.go.id) Kegiatan protokol sebenarnya tidak terbatas hanya pada tata tertib acara, tamu undangan dan MC. Tetapi cakupannya lebih luas dan meliputi 3 aspek utama yaitu tata tempat, tata upacara dan tata penghormatan. Agar lebih resmi, penulis mengutip pengertian keprotokolan dari Undang-undang No. 9 Tahun 2010 Tentang Keprotokolan pada Pasal 1 Ayat (1) yaitu “Keprotokolan adalah serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan aturan dalam Acara Kenegaraan atau Acara Resmi yang meliputi Tata Tempat,

Mengenal Awal Mula Masuknya Agama Islam dan Kerajaan di Aceh

Masjid Raya Baiturrahman Aceh P ermulaan Agama Islam Masuk ke Aceh Di pesisir timur utara pulau sumatera disana berada daerah yang bernama Perlak. Penduduknya telah mempunyai kemajuan-kemajuan, terutama dalam bidang pertanian dan perniagaan. Mereka telah dapat menghasilkan, selain dari pada bahan keperluan sehari-hari seperti padi, tebu, kelapa dan lain-lain dari tanaman muda, mereka telah sanggup pula menghasilkan bahan-bahan perniagaan seperti lada hitam, lada putih, damar, kemenyan, sutera, gading gajah, sumbu badak dan berbagai macam dari penghasilan hutan. Saudagar-saudagar dari daerah lain di kepulauan Indonesia, Siam, Malaka dan lain-lain negeri sering mendatangi untuk membeli hasil-hasil negeri Perlak. Dalam tahun 173 H/800 M datanglah sebuah kapal dari negeri “Atas Angin” (Arab, Baghdad, Parsi, Mesir atau India) ke Pelabuhan mereka yang disebut Bandar Perlak. Anak buah kapal itu sendiri dari para saudagar Muslim, pemimpinnya/nahkodanya bergelar Khalifah. Keadaan penduduk per